KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.1
Bagaimana pandangan Ki Hajar Dewantara dengan filosofi Pratap Triloka memiliki pengaruh terhadap bagaimana sebuah pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran diambil?
Pada abad 21 saat ini, dimana tidak ada lagi sekat komunikasi antar berbagai daerah, negara, dan benua di seluruh dunia, tentunya memberikan tantangan tersendiri bagi Kita, pendidik generasi penerus bangsa. Beberapa hari lalu Kita dikejutkan berita dari Sumatra Utara, tepatnya di daerah Medan, terdapat beberapa murid yang terciduk bermain bilyard pada saat jam sekolah. Lebih disayangkan lagi, pada waktu pembinaan dilakukan oleh Ibu Kepala Dinas, sang murid justru membentak Ibu kepala Dinas tersebut dengan lantangnya, tidak peduli bahwa dirinya telah melakukan kesalahan, bahkan ditambahkan kesalahan baru yakni berani menghardik dan membentak seseorang yang lebih tua, yang seharusnya dia dihormati. Berdasarkan fenomena ini, sebagai seorang pendidik, saya sungguh miris luar biasa. Bisa dikatakan pendidikan telah gagal dalam hal ini. Apakah kesalahan bertumpu pada sekolah saja? tentu saja tidak, karena sejatinya menurut Ki Hajar Dewantara (KHD) Pendidikan budi pekerti yang dominan justru ditanamkan pada usia dini yakni pendidikan keluarga. Kita sebagai orang tua, baik di rumah maupun di sekolah (guru), hendaknya berkaca pada filosofi Pratap Triloka: "Ing Ngarsa Sung Tulada, Ing Madya Mangun Karsa, dan Tut Wuri Handayani".
Ing Ngarsa Sung Tulada, berarti seorang pemimpin pembelajaran (guru) haruslah memberi suri teladan yang baik bagi murid yang dipimpinnya. Minimnya teladan saat ini tentu saja menjadi sumber miskinnya karakter baik, terutama bisa kita lihat di sosial media, betapa banyak orang mampu mengeluarkan kata-kata kotor kepada orang lain di sosial media, sementara mereka tidak saling mengenalnya. Lebih miris lagi saat Kita mendengar informasi dari Seminar yang diadakan oleh KOMINFO di Hotel Merapi Merbabu di Yogyakarta bahwa Netizen Indonesia merupakan Netizen terburuk se Asia Pasifik, sungguh menjadikan miris bagi setiap pendidik yang mendengarnya. Berdasarkan berbagai fenomena ini tentunya sebagai pendidik akan tergugah untuk segera membenahi tatanan pendidikan di negeri ini. Sebagai seorang guru, Kita tidak hanya berkewajiban transfer of knowledge, melainkan juga harus melakukan transfer of value. Seorang guru harus memberikan keteladanan dalam setiap keputusan terhadap murid-muridya maupun orang-orang di sekitarnya. Keteladanan menjadi sangat penting karena dengan keteladanan ini akan mampu mempengaruhi tingkat kepercayaan orang-orang yang dipimpinnya.
Ing Madya Mangun Karsa, artinya guru sebagai pemimpin pembelajaran harus mampu bekerja sama dengan semua murid-muridnya, sehingga pembelajaran yang dilakukan akan terasa mudah, ringan, dan hubungan antara guru dan murid tentu saja menjadi lebih erat, namun tidak melanggar etika yang dijunjung tinggi dalam pendidikan kita. Dalam hal ini Guru hendaknya mampu menjadi orang tua di sekolah, menjadi teman juga bagi murid-muridnya, sehingga diharapkan dapat melakukan Coaching terhadap muridnya dalam pengambilan keputusan, termasuk keputusan yang mengandung unsur dilema etika yang dihadapi para muridnya. Apabila hal ini dilakukan, diharapkan potensi murid akan semakin berkembang, sehingga nantinya mampu mengambil keputusan yang tepat bagi diri dan masa depannya.
Tut Wuri handayani, artinya sebagai Guru, Kita harus memberikan kesempatan seluas-luasnya untuk maju dan berkembang. Guru diharapkan mampu memberikan bekal ilmu, wawasan, dan pengetahuan, serta menjadi motivator bagi semua muridnya agar dapat dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya dalam kehidupannya kelak.
Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?
Pengambilan keputusan merupakan suatu proses dalam menentukan sebuah pilihan dari berbagai alternatif pilihan yang tersedia. Terkadang dalam pengambilan keputusan, seorang guru dihadapkan pada beberapa hal yang sulit, terutama berkaitan dengan dilema etika (benar versus benar). Proses ini menjadi rumit tatkala keputusan berdampak pada dirinya dan orang lain, atau bahkan lingkungan di sekolahnya. Selain itu terkadang terdapat pertentangan nilai-nilai yang tertanam pada diri kita (yang akan mempengaruhi prinsip-prinsip dalam pengambilan suatu keputusan). Hal ini menunjukkan bahwa nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita sangat mempengaruhi prinsip-prinsip yang Kita ambil pada saat pengambilan keputusan. Pada dasarnya pengambilan keputusan yang Kita lakukan dalam rangka pemecahan suatu masalah, sehingga Kita sebagai seorang guru hendaknya mampu membuat keputusan yang efektif yang selain berpegang pada nilai-nilai kebajikan yang tertanam pada diri Kita juga menerapkan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Kesembilan langkah pengambilan dan pengujian keputusan itu diantaranya:
- Mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan.
- Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi tersebut.
- Mengumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasinya.
- Melakukan pengujian benar dan salah (uji legal, uji regulasi/standar profesional, uji intuisi, uji publikasi, dan uji panutan/idola).
- melakukan pengujian paradigma benar lawan salah diantaranya: Individu lawan masyarakat (individual vs community), Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy), Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty), dan Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term).
- Melakukan prinsip resolusi.
- Melakukan Investigasi Opsi Trilema.
- Membuat Keputusan.
- Melihat lagi keputusan yang akan diambil dan merefleksikannya.
Bagaimana kegiatan terbimbing yang kita lakukan pada materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan 'coaching' (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil. Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut. Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi 'coaching' yang telah dibahas pada modul 2 sebelumnya.
Apabila pengambilan keputusan yang Kita lakukan telah mengikuti 9 langkah yang disarankan pada saat pembimbingan (Coaching) yang diberikan oleh fasilitator maupun pendamping (pada kegiatan diskusi eksplorasi konsep pada kelompok kecil yakni kelompok 3, dilanjutkan dengan kegiatan ruang kolaborasi pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran), tentunya akan menghasilkan keputusan yang efektif, yakni keputusan yang sahih, yang tidak menimbulkan keragu-raguan setelah keputusan kita ambil. Hal ini disebabkan karena pengambilan keputusan telah mengikuti prosedur yang tepat (9 langkap pengambilan dan pengujian keputusan) dan bukan berasal dari keputusan karena emosi sesaat.
Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan keputusan?
Keputusan yang diambil oleh seorang guru sebagai pemimpin pembelajaran tidak dapat dilepaskan dari kemampuan seorang guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya. Tentunya nilai-nilai alamiah yang tertanam pada diri seorang guru (aspek sosial emosional) sangat berpengaruh terhadap pengambilan keputusan. Oleh karena itu, guru sebagai pemimpin pembelajaran hendaknya mampu meredam tingkat emosi dalam dirinya agar keputusan yang dihasilkan benar-benar menjadi keputusan terbaik yang tidak akan memberikan keraguan atau bahkan penyesalan setelah pengambilan keputusan. Keputusan yang diambil hendaklah tidak dilakukan pada saat emosi, dalam hal ini kepala dingin justru mampu memberikan situasi yang kondusif dalam pengambilan keputusan yang seobjektif mungkin, sehingga memberikan solusi terbaik terhadap suatu permasalahan yang tengah dihadapi.
Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik.
Pembahasan studi kasus yang berfokus pada masalah moral dan etika pada saat ini sangat penting, terutama moral dan etika generasi muda penerus bangsa saat ini. Tuntunan haruslah tetap menjadi tuntunan, moral dan etika generasi penerus bangsa harus dikembalikan pada fitrahnya, kembali pada nilai-nilai luhur yang dianut oleh seorang pendidik. Tentunya hal ini tidak lepas dari filosofi pratap triloka yang telah dikembangkan oleh KHD pada dunia pendidikan.
Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.
Keputusan tepat tentunya berkaitan erat dengan sembilan langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Apabila kesembilan langkah telah dilakukan dengan baik, dan pengambilan keputusan dilakukan dengan kepala dingin, serta melibatkan nilai-nilai luhur yang dianut oleh seorang pendidik, tentunya akan menghasilkan suatu keputusan yang mampu memecahkan masalah (problem solving), tidak menimbulkan keragu-raguan setelah pengambilan keputusan, dan berdampak positif pada lingkungan belajar, hingga memberikan lingkungan belajar yang positif, kondusif, aman, dan nyaman, Situasi seperti inilah yang turut mendukung kegiatan pembelajaran.
Selanjutnya, adakah kesulitan-kesulitan di lingkungan Anda yang sulit dilaksanakan untuk menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Apakah ini kembali ke masalah perubahan paradigma di lingkungan Anda?
Dalam pengambilan keputusan di lingkungan saya (terutama berkaitan dengan beberapa kasus dilema etika), beberapa memang menjadi lebih kompleks dan rumit. Meski demikian, suatu hal yang sulit bukan berarti tidak dapat dilaksanakan. Berbagai kesulitan yang dihadapi akan menjadi mudah apabila Kita memiliki rekan sejawat yang mau dan mampu memberikan masukan positif agar mampu menghasilkan keputusan terbaik yang dapat memecahkan masalah yang tengah dihadapi.
Dan pada akhirnya, apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita?
Pengambilan keputusan yang sesuai dengan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan, serta didasarkan pada berbagai nilai luhur yang dianut oleh seorang guru dalam pengambilan keputusan tentunya akan mendukung murid-murid Kita untuk menjalani pembelajaran secara lebih merdeka. Kondisi kondusif ini tentunya akan memudahkan Guru sebagai pemimpin pembelajaran untuk menghasilkan keputusan yang memuliakan murid-muridnya, sehingga turut membukakan pintu kesuksesan bagi semua muridnya.
Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?
Keputusan yang diambil oleh seorang guru (sebagai pemimpin pembelajaran) tentunya akan berpengaruh dalam kehidupan dan masa depan murid-muridnya. Hal ini yang harus diingat oleh setiap guru bahwa dalam pengambilan keputusan hendaknya dilakukan secara hati-hati (didasarkan pada berbagai nilai luhur yang dianut oleh seorang pendidik), bersifat prosedural (mengikuti 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan), dan tidak menghasilkan penyesalan pada saat keputusan telah ditetapkan (pengambilan keputusan harus dilakukan dengan kepala dingin, tanpa campur tangan emosi sesaat).
Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?
Pengambilan keputusan yang dilakukan oleh guru sebagai pemimpin pembelajaran hendaknya dilakukan secara hati-hati (didasarkan pada berbagai nilai luhur yang dianut oleh seorang pendidik), bersifat prosedural (mengikuti 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan), dan tidak menghasilkan penyesalan pada saat keputusan telah ditetapkan (pengambilan keputusan harus dilakukan dengan kepala dingin, tanpa campur tangan emosi sesaat). Seorang guru juga harus memikirkan bahwa keputusan yang diambil nantinya sangat berpengaruh terhadap masa depan murid-muridnya, sehingga guru harus sangat berhati-hati dalam setiap pengambilan keputusan agar mampu menghasilkan keputusan yang sahih, akurat, memecahkan masalah yang ada (problem solving), dan memberikan kesempatan seluas-luasnya untuk para muridnya agar berkembang sesuai potensinya masing-masing dalam bingkai merdeka belajar.