Hidup adalah tentang berbagi, berbagi kebaikan pada sesama, never stop learning friends...

2022

INEX (INTRAKURIKULER & EXTRAKURIKULER) KETERAMPILAN ABAD 21 DAN JURNALISTIK

Kegiatan INEX (Intrakurikuler dan Ekstrakurikuler) Keterampilan Abad 21 dan jurnalistik merupakan dua kegiatan yang dikembangkan berdasar filosofi Ki Hajar Dewantara (KHD) yakni Ing Ngarso Sung Tulodho, Ing Madyo Mangun Karso, dan Tut Wuri Handayani. Dalam hal ini guru sebagai pemimpin pembelajaran bertindak sebagai fasilitator yang diharapkan mampu memberi suri tauladan, menggali berbagai potensi murid, menggugah semangat murid untuk berkarya, serta memberikan dorongan moral dan semangat berkarya pada saat kegiatan pembelajaran di sekolah sebagai bekal berharga untuk masa depan mereka. 

INTRAKURIKULER KETERAMPILAN ABAD 21 
Kegiatan ini dilaksanakan sebagai wujud penerapan pembelajaran berdiferensiasi yang mengakomodir kebutuhan belajar murid. Guru memfasilitasi murid sesuai kebutuhannya, karena setiap murid memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Agar mampu menerapkan pembelajaran berdiferensiasi dengan baik, guru terlebih dahulu memetakan kebutuhan belajar murid berdasarkan tiga aspek (kesiapan belajar, minat belajar, dan profil belajar murid). Pemetaan dilaksanakan menggunakan berbagai metode, yakni wawancara, observasi, dan survey menggunakan angket/Google Form pada murid. Setelah langkah ini dilaksanakan, disusul dengan perencanaan pembelajaran berdiferensiasi berdasarkan hasil pemetaan.
Pada pembelajaran senyawa karbon kelas XII MIPA 1, 2, 3, dan 4 di SMA Negeri 1 Seyegan, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, dilakukan melalui pembelajaran berbasis proyek dengan tema: Pemanfaatan Limbah Minyak jelantah menjadi Produk yang Bermanfaat dalam kehidupan Sehari-hari, sebagai salah satu wujud pembelajaran yang mengacu pada pemberian keterampilan abad 21. Pembelajaran diawali dengan pembuatan kesepakatan bersama antara guru dengan murid dengan memberikan kebebasan seluas-luasnya pada murid (Merdeka Belajar) baik pada saat menentukan kelompok (menggunakan Google Jamboard), memilih prosedur pemanfaatan limbah minyak jelantah (diferensiasi proses), maupun jenis produk yang dihasilkan (diferensiasi produk). Dalam masing-masing kelompok, murid didorong untuk melakukan literasi secara mandiri, baik melalui buku cetak, youTube, sosial media, dan media digital lain. Berdasarkan literasi yang telah dilakukan, setiap kelompok kemudian merancang prosedur kerja yang harus dilakukan beserta produk apa yang akan dihasilkan dari pengolahan limbah minyak jelantah tersebut. Semua proses ini dilaksanakan secara mandiri, sehingga kegiatan ini juga melibatkan orang tua murid, dan turut serta mendukung proses pembelajaran yang dilakukan. Setelah diberikan waktu satu bulan semenjak proses penugasan proyek, diharapkan masing-masing kelompok telah melaksanakan semua prosedur yang mereka rancang dan memperoleh produk yang diinginkan sesuai rancangan yang telah dibuat. Produk kegiatan pembelajaran berbasis proyek ini yang akan ditampilkan pada acara expo sekolah. 

EXTRAKURIKULER JURNALISTIK
Kegiatan ini dilaksanakan dalam lingkup sekolah sebagai upaya meningkatkan kemauan dan kemampuan literasi sekolah dan jurnalistik. Kegiatan di awali dengan sosialisai perwakilan murid pada tiap kelas (satu kelas diwakili ketua dan sekretaris kelas) pada hari Jumat, tanggal 18 Maret 2022 pukul 13.00 WIB menggunakan Google Meet untuk menjaring aspirasi murid dan membuat kesepakatan bersama mengenai kegiatan jurnalistik yang akan dilakukan. Kegiatan ini ditindaklanjuti dengan sosialisasi kegiatan literasi dan jurnalistik secara luas untuk kelas X dan XI MIPA serta IPS pada hari Selasa, 22 Maret 2022 pukul 08.00 sampai 12.00 WIB secara terjadwal dan bergilir, bertempat di Hall atas SMA Negeri 1 Seyegan. 
Sosialisasi Kegiatan Literasi dan Jurnalistik
Peserta Sosialisasi Kegiatan Literasi dan Jurnalistik

Kegiatan sosialisasi literasi dan jurnalistik ditindaklanjuti dengan penyusunan mading secara mandiri masing-masing kelas dengan ketentuan yang telah disepakati bersama pada saat Google Meet. P
roses pembuatan mading kelas dilaksanakan secara mandiri, sehingga kegiatan ini juga melibatkan orang tua murid, agar turut serta mendukung proses yang dilakukan. Produk mading yang dihasilkan ditampilkan pada acara expo sekolah. 

EXPO INEX (INTRAKURIKULER & EXTRAKURIKULER) KETERAMPILAN ABAD 21 DAN JURNALISTIK
Kegiatan expo sekolah diselenggarakan pada hari Selasa, 26 April 2022 pukul 09.30 sampai 12.30 WIB bertempat di Hall atas SMA Negeri 1 Seyegan, Sleman, Daerah istimewa Yogyakarta. Kegiatan melibatkan Tim Literasi Sekolah, Tim Adiwiyata Sekolah, dan murid kelas X, XI, dan XII baik MIPA maupun IPS di SMA Negeri 1 Seyegan. Kegiatan dipandu oleh pembawa acara Ibu Nuke Ajeng Prabawati, S.Pd., dilanjutkan sambutan ketua panitia penyelenggara Yuli Nestiyarum, S.Pd., dan pembukaan expo oleh Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Seyegan, Bapak Kristya Mintarja, S.Pd., M.Ed., St.
Pembukaan Expo oleh Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Seyegan
Tamu Undangan dan Murid pada saat Pembukaan Expo Sekolah

Kegiatan pembukaan dilanjutkan dengan peninjauan expo oleh Kepala sekolah beserta segenap jajarannya dengan didampingi oleh panitia, serta diikuti oleh semua murid (yang telah terjadwal) agar tidak terjadi penumpukan pengunjung expo
Kunjungan ke Stan Expo
Kunjungan ke Stan Expo
Kunjungan ke Stan Expo

Berikut berbagai hasil karya yang dipamerkan saat kegiatan Expo INEX Keterampilan Abad 21 dan Jurnalistik di hall atas SMA Negeri 1 Seyegan:
  • Produk Keterampilan Abad 21
Pada masing-masing stan, selain pengunjung disuguhi berbagai karya murid, mereka juga dapat menanyakan berbagai hal mengenai berbagai produk yang dipamerkan pada murid penjaga stan masing-masing. Melalui presentasi di masing-masing stan, murid secara tidak langsung dipupuk rasa percaya dirinya agar terbiasa mengomunikasikan hasil pemikiran dan karyanya, serta membiasakan  untuk tampil mempresentasikan hasil karyanya, serta menjawab berbagai pertanyaan yang diberikan oleh pengunjung kegiatan expo. Berikut beberapa contoh produk lilin aromaterapi yang dihasilkan dari pengolahan limbah minyak jelantah dan dipamerkan saat kegiatan expo sekolah:
Lilin Aromaterapi Produk Pengolahan Minyak Jelantah
Lilin Aromaterapi Produk Pengolahan Minyak Jelantah
Lilin Aromaterapi Produk Pengolahan Minyak Jelantah
Lilin Aromaterapi Produk Pengolahan Minyak Jelantah
Lilin Aromaterapi Produk Pengolahan Minyak Jelantah
Lilin Aromaterapi Produk Pengolahan Minyak Jelantah
Lilin Aromaterapi Produk Pengolahan Minyak Jelantah
Lilin Aromaterapi Produk Pengolahan Minyak Jelantah
Lilin Aromaterapi Produk Pengolahan Minyak Jelantah
Lilin Aromaterapi Produk Pengolahan Minyak Jelantah
Lilin Aromaterapi Produk Pengolahan Minyak Jelantah
Lilin Aromaterapi Produk Pengolahan Minyak Jelantah

Berikut beberapa contoh produk sabun yang dihasilkan dari pengolahan limbah minyak jelantah dan dipamerkan saat kegiatan expo sekolah:
Produk Sabun dari Pengolahan Minyak Jelantah
Produk Sabun dari Pengolahan Minyak Jelantah
  • Produk Jurnalistik
Berikut beberapa contoh mading kelas sebagai perwujudan kegiatan extrakurikuler jurnalistik yang dipamerkan saat kegiatan expo sekolah:
Produk Mading Kelas
Produk Mading Kelas
Produk Mading Kelas
Produk Mading Kelas
Produk Mading Kelas
Kegiatan expo INEX (Intrakurikuler & Extrakurikuler) Keterampilan Abad 21 dan Jurnalistik secara lengkap beserta testimoni Kepala Sekolah, Guru, dan murid dapat dilihat pada video berikut:
Setelah Calon Guru Penggerak (CGP) melaksanakan aksi nyata, tentunya juga melihat antusiasme pengunjung beserta testimoni positif  baik dari Bapak kepala sekolah, rekan guru, maupun murid, maka segala energi yang telah dicurahkan, rasanya terbayar sudah, bahkan melebihi ekspektasi yang diperkirakan sebelumnya. Rasa terimakasih tak hingga Saya haturkan atas dukungan semua pihak yang terlibat dalan rangkaian aksi  nyata ini, diantaranya, Kepala Sekolah (Bapak Kristya Mintarja, S.Pd., M.Ed., St.), Tim Literasi SMA Negeri 1 Seyegan, Tim Adiwiyata SMA Negeri 1 Seyegan, semua murid kelas X, XI, dan XII MIPA dan IPS, orang tua murid, dan segenap warga sekolah yang telah mendukung terselenggaranya kegiatan ini dengan baik. 
Tim Literasi Sekolah
Foto Bersama Murid Peserta Expo Sekolah
Foto Bersama Murid Peserta Expo Sekolah

Pembelajaran yang didapat dari pelaksanaan aksi nyata secara keseluruhan diantaranya:
  1. Teruslah bersemangat dan berkarya mewujudkan berbagai ilmu, pemahaman, dan pengalaman selama mengikuti Pendidikan Calon Guru Penggerak (PGP), karena dengan aksi nyata inilah semua yang tadinya hanya berupa angan-angan, akan dapat diimplementasikan dalam pembelajaran sesungguhnya.
  2. Jangan pernah menyerah, karena semua kebuntuan yang terjadi justru akan memberikan berbagai solusi lain yang mampu memperkaya hasil akhir yang kita dapatkan.
  3. Teruslah berkolaborasi bersama, karena dengan berkolaborasi, pekerjaan yang kita lakukan menjadi lebih ringan dan optimal.
  4. Gali setiap potensi sekolah yang ada dan jangan pernah remehkan sekecil apapun potensi sekolah yang dimiliki, karena sejatinya yang terpenting bukan besar kecilnya potensi yang dimiliki, namun bagaimana kita dapat mengoptimalkan setiap potensi yang dimiliki untuk dapat mendukung setiap kegiatan di sekolah.
  5. Kedepannya kegiatan ini dapat dikembangkan berkolaborasi dengan berbagai mata pelajaran lain, sehingga akan bersinergi dan harmoni mewujudkan kemajuan pembelajaran di sekolah.
  6. Jangan pernah berhenti untuk belajar dan jangan pula merasa cepat puas akan apa yang telah di dapat, karena dengan demikian kita akan selalu bersemangat untuk mengembangkan diri untuk menjadi pemimpin pembelajaran yang lebih baik. 
Berdasarkan berbagai testimoni maupun evaluasi yang telah dilakukan, kedepannya kegiatan serupa akan dirancang secara utuh bersama berbagai pelajaran lain, sehingga semakin memperkuat kolaborasi, kebersamaan, dan peningkatan kemajuan pembelajaran di sekolah.













 


Bagaimana pandangan Ki Hajar Dewantara dengan filosofi Pratap Triloka memiliki pengaruh terhadap bagaimana sebuah pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran diambil? 

Pada abad 21 saat ini, dimana tidak ada lagi sekat komunikasi antar berbagai daerah, negara, dan benua di seluruh dunia, tentunya memberikan tantangan tersendiri bagi Kita, pendidik generasi penerus bangsa. Beberapa hari lalu Kita dikejutkan berita dari Sumatra Utara, tepatnya di daerah Medan, terdapat beberapa murid yang terciduk bermain bilyard pada saat jam sekolah. Lebih disayangkan lagi, pada waktu pembinaan dilakukan oleh Ibu Kepala Dinas, sang murid justru membentak Ibu kepala Dinas tersebut dengan lantangnya, tidak peduli bahwa dirinya telah melakukan kesalahan, bahkan ditambahkan kesalahan baru yakni berani menghardik dan membentak seseorang yang lebih tua, yang seharusnya dia dihormati. Berdasarkan fenomena ini, sebagai seorang pendidik, saya sungguh miris luar biasa. Bisa dikatakan pendidikan telah gagal dalam hal ini. Apakah kesalahan bertumpu pada sekolah saja? tentu saja tidak, karena sejatinya menurut Ki Hajar Dewantara (KHD) Pendidikan budi pekerti yang dominan justru ditanamkan pada usia dini yakni pendidikan keluarga. Kita sebagai orang tua, baik di rumah maupun di sekolah (guru), hendaknya berkaca pada filosofi Pratap Triloka: "Ing Ngarsa Sung Tulada, Ing Madya Mangun Karsa, dan Tut Wuri Handayani".
Ing Ngarsa Sung Tulada, berarti seorang pemimpin pembelajaran (guru) haruslah memberi suri teladan yang baik bagi murid yang dipimpinnya. Minimnya teladan saat ini tentu saja menjadi sumber miskinnya karakter baik, terutama bisa kita lihat di sosial media, betapa banyak orang mampu mengeluarkan kata-kata kotor kepada orang lain di sosial media, sementara mereka tidak saling mengenalnya. Lebih miris lagi saat Kita mendengar informasi dari Seminar yang diadakan oleh KOMINFO di Hotel Merapi Merbabu di Yogyakarta bahwa Netizen Indonesia merupakan Netizen terburuk se Asia Pasifik, sungguh menjadikan miris bagi setiap pendidik yang mendengarnya. Berdasarkan berbagai fenomena ini tentunya sebagai pendidik akan tergugah untuk segera membenahi tatanan pendidikan di negeri ini. Sebagai seorang guru, Kita tidak hanya berkewajiban transfer of knowledge, melainkan juga harus melakukan transfer of value. Seorang guru harus memberikan keteladanan dalam setiap keputusan terhadap murid-muridya maupun orang-orang di sekitarnya. Keteladanan menjadi sangat penting karena dengan keteladanan ini akan mampu mempengaruhi tingkat kepercayaan orang-orang yang dipimpinnya.
Ing Madya Mangun Karsa, artinya guru sebagai pemimpin pembelajaran harus mampu bekerja sama dengan semua murid-muridnya, sehingga pembelajaran yang dilakukan akan terasa mudah, ringan, dan hubungan antara guru dan murid tentu saja menjadi lebih erat, namun tidak melanggar etika yang dijunjung tinggi dalam pendidikan kita. Dalam hal ini Guru hendaknya mampu menjadi orang tua di sekolah, menjadi teman juga bagi murid-muridnya, sehingga diharapkan dapat melakukan Coaching terhadap muridnya dalam pengambilan keputusan, termasuk keputusan yang mengandung unsur dilema etika yang dihadapi para muridnya. Apabila hal ini dilakukan, diharapkan potensi murid akan semakin berkembang, sehingga nantinya mampu mengambil keputusan yang tepat bagi diri dan masa depannya. 
Tut Wuri handayani, artinya sebagai Guru, Kita harus memberikan kesempatan seluas-luasnya untuk maju dan berkembang. Guru diharapkan mampu memberikan bekal ilmu, wawasan, dan pengetahuan, serta menjadi motivator bagi semua muridnya agar dapat dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya dalam kehidupannya kelak.

Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan? 

Pengambilan keputusan merupakan suatu proses dalam menentukan sebuah pilihan dari berbagai alternatif pilihan yang tersedia. Terkadang dalam pengambilan keputusan, seorang guru dihadapkan pada beberapa hal yang sulit, terutama berkaitan dengan dilema etika (benar versus benar). Proses ini menjadi rumit tatkala keputusan berdampak pada dirinya dan orang lain, atau bahkan lingkungan di sekolahnya. Selain itu terkadang terdapat pertentangan nilai-nilai yang tertanam pada diri kita (yang akan mempengaruhi prinsip-prinsip dalam pengambilan suatu keputusan). Hal ini menunjukkan bahwa nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita sangat mempengaruhi prinsip-prinsip yang Kita ambil pada saat pengambilan keputusan. Pada dasarnya pengambilan keputusan yang Kita lakukan dalam rangka pemecahan suatu masalah, sehingga Kita sebagai seorang guru hendaknya mampu membuat keputusan yang efektif yang selain berpegang pada nilai-nilai kebajikan yang tertanam pada diri Kita juga menerapkan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Kesembilan langkah pengambilan dan pengujian keputusan itu diantaranya:
  1. Mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan.
  2. Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi tersebut.
  3. Mengumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasinya.
  4. Melakukan pengujian benar dan salah (uji legal, uji regulasi/standar profesional, uji intuisi, uji publikasi, dan uji panutan/idola).
  5. melakukan pengujian paradigma benar lawan salah diantaranya: Individu lawan masyarakat (individual vs community), Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy), Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty), dan Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term).
  6. Melakukan prinsip resolusi.
  7. Melakukan Investigasi Opsi Trilema.
  8. Membuat Keputusan.
  9. Melihat lagi keputusan yang akan diambil dan merefleksikannya.

Bagaimana kegiatan terbimbing yang kita lakukan pada materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan 'coaching' (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil. Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut. Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi 'coaching' yang telah dibahas pada modul 2 sebelumnya. 

Apabila pengambilan keputusan yang Kita lakukan telah mengikuti 9 langkah yang disarankan pada saat pembimbingan (Coaching) yang diberikan oleh fasilitator maupun pendamping (pada kegiatan diskusi eksplorasi konsep pada kelompok kecil yakni kelompok 3, dilanjutkan dengan kegiatan ruang kolaborasi pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran), tentunya akan menghasilkan keputusan yang efektif, yakni keputusan yang sahih, yang tidak menimbulkan keragu-raguan setelah keputusan kita ambil. Hal ini disebabkan karena pengambilan keputusan telah mengikuti prosedur yang tepat (9 langkap pengambilan dan pengujian keputusan) dan bukan berasal dari keputusan karena emosi sesaat.

Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan keputusan? 

Keputusan yang diambil oleh seorang guru sebagai pemimpin pembelajaran tidak dapat dilepaskan dari kemampuan seorang guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya. Tentunya nilai-nilai alamiah yang tertanam pada diri seorang guru (aspek sosial emosional) sangat berpengaruh terhadap pengambilan keputusan. Oleh karena itu, guru sebagai pemimpin pembelajaran hendaknya mampu meredam tingkat emosi dalam dirinya agar keputusan yang dihasilkan benar-benar menjadi keputusan terbaik yang tidak akan memberikan keraguan atau bahkan penyesalan setelah pengambilan keputusan. Keputusan yang diambil hendaklah tidak dilakukan pada saat emosi, dalam hal ini kepala dingin justru mampu memberikan situasi yang kondusif dalam pengambilan keputusan yang seobjektif mungkin, sehingga memberikan solusi terbaik terhadap suatu permasalahan yang tengah dihadapi.

Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik. 

Pembahasan studi kasus yang berfokus pada masalah moral dan etika pada saat ini sangat penting, terutama moral dan etika generasi muda penerus bangsa saat ini. Tuntunan haruslah tetap menjadi tuntunan, moral dan etika generasi penerus bangsa harus dikembalikan pada fitrahnya, kembali pada nilai-nilai luhur yang dianut oleh seorang pendidik. Tentunya hal ini tidak lepas dari filosofi pratap triloka yang telah dikembangkan oleh KHD pada dunia pendidikan.


Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman. 

Keputusan tepat tentunya berkaitan erat dengan sembilan langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Apabila kesembilan langkah telah dilakukan dengan baik, dan pengambilan keputusan dilakukan dengan kepala dingin, serta melibatkan nilai-nilai luhur yang dianut oleh seorang pendidik, tentunya akan menghasilkan suatu keputusan yang mampu memecahkan masalah (problem solving), tidak menimbulkan keragu-raguan setelah pengambilan keputusan, dan berdampak positif pada lingkungan belajar, hingga memberikan lingkungan belajar yang positif, kondusif, aman, dan nyaman, Situasi seperti inilah yang turut mendukung kegiatan pembelajaran.

Selanjutnya, adakah kesulitan-kesulitan di lingkungan Anda yang sulit dilaksanakan untuk menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Apakah ini kembali ke masalah perubahan paradigma di lingkungan Anda? 

Dalam pengambilan keputusan di lingkungan saya (terutama berkaitan dengan beberapa kasus dilema etika), beberapa memang menjadi lebih kompleks dan rumit. Meski demikian, suatu hal yang sulit bukan berarti tidak dapat dilaksanakan. Berbagai kesulitan yang dihadapi akan menjadi mudah apabila Kita memiliki rekan sejawat yang mau dan mampu memberikan masukan positif agar mampu menghasilkan keputusan terbaik yang dapat memecahkan masalah yang tengah dihadapi.

Dan pada akhirnya, apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? 

Pengambilan keputusan yang sesuai dengan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan, serta didasarkan pada berbagai nilai luhur yang dianut oleh seorang guru dalam pengambilan keputusan tentunya akan mendukung murid-murid Kita untuk menjalani pembelajaran secara lebih merdeka. Kondisi kondusif ini tentunya akan memudahkan Guru sebagai pemimpin pembelajaran untuk menghasilkan keputusan yang memuliakan murid-muridnya, sehingga turut membukakan pintu kesuksesan bagi semua muridnya.

Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya? 

Keputusan yang diambil oleh seorang guru (sebagai pemimpin pembelajaran) tentunya akan berpengaruh dalam kehidupan dan masa depan murid-muridnya. Hal ini yang harus diingat oleh setiap guru bahwa dalam pengambilan keputusan hendaknya dilakukan secara hati-hati (didasarkan pada berbagai nilai luhur yang dianut oleh seorang pendidik), bersifat prosedural (mengikuti 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan), dan tidak menghasilkan penyesalan pada saat keputusan telah ditetapkan (pengambilan keputusan harus dilakukan dengan kepala dingin, tanpa campur tangan emosi sesaat).

Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?

Pengambilan keputusan yang dilakukan oleh guru sebagai pemimpin pembelajaran hendaknya dilakukan secara hati-hati (didasarkan pada berbagai nilai luhur yang dianut oleh seorang pendidik), bersifat prosedural (mengikuti 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan), dan tidak menghasilkan penyesalan pada saat keputusan telah ditetapkan (pengambilan keputusan harus dilakukan dengan kepala dingin, tanpa campur tangan emosi sesaat). Seorang guru juga harus memikirkan bahwa keputusan yang diambil nantinya sangat berpengaruh terhadap masa depan murid-muridnya, sehingga guru harus sangat berhati-hati dalam setiap pengambilan keputusan agar mampu menghasilkan keputusan yang sahih, akurat, memecahkan masalah yang ada (problem solving), dan memberikan kesempatan seluas-luasnya untuk para muridnya agar berkembang sesuai potensinya masing-masing dalam bingkai merdeka belajar.

MKRdezign

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.
Javascript DisablePlease Enable Javascript To See All Widget